:-) Assalamu 'alikum warahmatullahi wabarakhatu ::: Selamat Datang saya sampaikan kepada pengunjung blog saya ^_^ ::: Citra Rezki Kusuma :-)

Kamis, 18 Februari 2010

Sabar Dan Biarlah Allah Menentukan Jadwal Kemenangan


Salah satu kendala utama berda’wah di zaman penuh fitnah dewasa ini ialah kenyataan betapa pahitnya kondisi yang sedang dialami ummat Islam di segenap penjuru dunia. Banyak negeri kaum muslimin dewasa ini dipaksa terlibat dalam konflik fisik karena penjajahan lokal terang-terangan seperti yang dialami saudara-saudara kita di Palestina oleh Zionis Yahudi, Chechnya oleh Rusia, Kashmir oleh India, Fatani oleh Thailand, Mindanau oleh Filipina serta Uigur oleh Cina. Belum lagi penjajahan yang berkedok War on Terror (WOT) seperti yang dilakukan kekuatan NATO dengan komandannya Amerika Serikat di Irak, Afghanistan dan sebentar lagi di Yaman. Sebagaimana hal serupa dilakukan oleh kekuatan militer Uni Afrika terhadap Mujahidin di Somalia.
Lambat laun semua konflik yang menimpa ummat Islam diseragamkan sebutannya menjadi WOT. Sehingga betapapun canggihnya retorika mereka mengatakan bahwa WOT bukanlah perang melawan Islam dan kaum muslimin, namun kian hari fakta yang ada kian kuat membantahnya. Amerika sudah sangat sering berkoar-koar menggolongkan Kuba dan Korea Utara sebagai negara teroris, tapi nyatanya tidak pernah kita menyaksikan pengerahan kekuatan militer terhadap kedua negara berpenduduk mayoritas non-muslim tersebut sebagaimana dilakukan terhadap negeri Muslim semisal Irak dan Afghanistan. Bahkan semenjak gagalnya upaya peledakan sebuah pesawat penerbangan Amerika Serikat pada malam Natal 2008 empatbelas negara mayoritas muslim dimasukkan ke dalam daftar hitam (baca: daftar bangsa teroris) oleh Amerika Serikat. Perhatikanlah kutipan berita dari The New York Times 4 Januari 2010:
Under the new rules, all citizens of Afghanistan, Algeria, Lebanon, Libya, Iraq, Nigeria, Pakistan, Saudi Arabia, Somalia and Yemen must receive a pat down and an extra check of their carry-on bags before boarding a plane bound for the United States, officials said. Citizens of Cuba, Iran, Sudan and Syria — nations considered “state sponsors of terrorism” — face the same requirement.
Setiap hari kita selalu disajikan berita terbunuhnya kaum muslimin di negeri-negeri yang terlibat dalam konflik. Saking seringnya pemberitaan mengenai terbunuhnya kaum muslimin kitapun semakin terbiasa dan lama-kelamaan menjadi jenuh akhirnya tidak peduli. Sementara itu di negeri kaum muslimin yang tidak terlibat konflik fihak penguasa global kafir tidak henti-hentinya melakukan rekayasa dan konspirasi untuk mencegah munculnya kekuatan ummat Islam sejati sambil memberikan dukungan seluas-luasnya kepada kelompok muslimin yang rela dibentuk ideologinya (baca: aqidah dan fikrahnya) sesuai ideologi materialisme, sekularisme, pluralisme, liberalisme dan demokrasi Barat modern. Barangsiapa yang tidak bersedia menyesuaikan ideologinya dengan ideologi Barat modern akan dengan mudahnya dilabel sebagai kaum fundamentalis, ekstrimis bahkan teroris..! Mereka akan diburu, di-inteli dan sekurang-kurangnya ditandai sebagai fihak yang mesti diwaspadai. Mereka dianggap sebagai pengganggu stabilitas dan keamanan negara. Bila dinilai bersalah dan diduga terlibat dengan aksi teror bisa dengan mudahnya dijebloskan ke sel semisal Guantanamo tanpa pernah boleh membayangkan adanya proses pengadilan. Sementara muslimin -apalagi aktifis da'wah- yang menerima ideologi mereka akan segera memperoleh aneka fasilitas duniawi dan jaminan hidup, baik harta, tahta maupun wanita.
Keadaan ini sangat mirip dengan keadaan yang telah dilalui oleh generasi awal kaum muslimin di masa Rasulullah berjuang di kota Mekkah sebelum hijrah. Pada masa itu siapa saja yang mengikuti jejak langkah Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam dianggap sebagai pengganggu stabilitas dan keamanan negara. Sebab Nabi shollallahu ’alaih wa sallam dan para sahabat menawarkan ideologi yang sangat berbeda bahkan bertentangan langsung dengan ideologi kaum musyrikin Quraisy Mekkah. Banyak sahabat yang mengalami pengusiran, penganiayaan, penyiksaan, pemboikotan, pemenjaraan hingga pembunuhan. Keadaan sedemikian parahnya sehingga salah seorang sahabat berkeluh-kesah kepada Nabi shollallahu ’alaih wa sallam melihat kenyataan pahit yang dialami kaum muslimin ahlut-tauhid.
عَنْ خَبَّابِ بْنِ الْأَرَتِّ قَالَ شَكَوْنَا إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
وَهُوَ مُتَوَسِّدٌ بُرْدَةً لَهُ فِي ظِلِّ الْكَعْبَةِ قُلْنَا لَهُ أَلَا تَسْتَنْصِرُ لَنَا
أَلَا تَدْعُو اللَّهَ لَنَا قَالَ كَانَ الرَّجُلُ فِيمَنْ قَبْلَكُمْ يُحْفَرُ لَهُ
فِي الْأَرْضِ فَيُجْعَلُ فِيهِ فَيُجَاءُ بِالْمِنْشَارِ فَيُوضَعُ عَلَى رَأْسِهِ
فَيُشَقُّ بِاثْنَتَيْنِ وَمَا يَصُدُّهُ ذَلِكَ عَنْ دِينِهِ وَيُمْشَطُ بِأَمْشَاطِ الْحَدِيدِ
مَا دُونَ لَحْمِهِ مِنْ عَظْمٍ أَوْ عَصَبٍ وَمَا يَصُدُّهُ ذَلِكَ عَنْ دِينِهِ
وَاللَّهِ لَيُتِمَّنَّ هَذَا الْأَمْرَ حَتَّى يَسِيرَ الرَّاكِبُ مِنْ صَنْعَاءَ إِلَى حَضْرَمَوْتَ
لَا يَخَافُ إِلَّا اللَّهَ أَوْ الذِّئْبَ عَلَى غَنَمِهِ وَلَكِنَّكُمْ تَسْتَعْجِلُونَ
Dari Khabab bin Al-Arat ia berkata: ”Kami mengeluh di hadapan Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam saat beliau sedang bersandar di Ka’bah. Kami berkata kepadanya: ”Apakah engkau tidak memohonkan pertolongan bagi kami? Tidakkah engkau berdoa kepada Allah untuk kami?” Beliau bersabda: ”Dahulu seorang lelaki ditanam badannya ke dalam bumi lalu gergaji diletakkan di atas kepalanya dan dibelah menjadi dua namun hal itu tidak menghalanginya dari agamanya. Dan disisir dengan sisir besi sehingga terkelupaslah daging dan kulitnya sehingga tampaklah tulangnya namun hal itu tidak menghalanginya dari agamanya. Demi Allah, urusan ini akan disempurnakan Allah sehingga seorang penunggang kuda akan berkelana dari San’aa ke Hadramaut tidak takut apapun selain Allah atau srigala menerkam dombanya, akan tetapi kalian tergesa-gesa!” (HR Bukhary 3343)
Saudaraku, sungguh apa yang dialami ummat Islam dewasa ini di zaman penuh fitnah ini hanya merupakan repetisi sejarah. Ini merupakan sunnatullah yang mesti dialami oleh kaum muslimin ahlut-tauhid sepanjang perjalanan sejarah kemanusiaan. Yang paling penting adalah menjadikan aqidah dan fikrah Islamiyah sebagai barang paling berharga yang mesti dijaga kemurniannya hingga maut datang menjemput. Sebab urusan ideologi inilah urusan paling pokok bagi seorang mu’min. Urusan ideologi ini pulalah sebab utama diutusnya para Rasul Allah.
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu…” (QS AnNahl ayat 36)
Ketika masyarakat jahiliyyah musyrik Quraisy Mekkah berdiri di atas fondasi ideologi syirik non-Tauhid Nabi shollallahu ’alaih wa sallam samasekali tidak berkenan terlibat dalam pengaturan dan pengelolaan masyarakat Mekkah. Beliau sibuk terus membina lahirnya suatu generasi baru ahlut-tauhid yang dipersiapkan untuk mewujudkan masyarakat baru menggantikan masyarakat jahiliyyah tersebut. Namun beliau mensyaratkan agar masyarakat yang dibina ideologinya tersebut memiliki kesabaran yang berlipat ganda. Jangan hendaknya mereka mudah goyah lantaran ancaman lawan maupun rayuan musuh. Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam menjamin bahwa pertolongan dan kemenangan dari Allah merupakan suatu keniscayaan, namun hendaknya semua fihak bersabar dan bersabar dan bersabar. Sedemikian rupa Nabi shollallahu ’alaih wa sallam menekankan perlunya bersabar sehingga beliau mengingatkan sahabat Khabab bin Al-Arat akan pengalaman jauh lebih pahit kaum mukminin generasi terdahulu.
Padahal sahabat Khabab bukanlah sahabat yang tidak mengalami derita dalam mempertahankan iman Tauhidnya. Pada masa Khalifah Umar bin Khattab beliau hadir dalam suatu majelis dimana Umar menyuruh masing-masing sahabat Muhajirin menceritakan pengalaman dan pengorbanan sewaktu masa jahiliyyah berjuang di Mekkah untuk menjadi pelajaran bagi yang lainnya. Masing-masing menceritakan pengalamannya. Begitu tiba giliran Khabab beliau langsung membuka bajunya dan memperlihatkan punggungnya kepada jamaah majelis. Betapa terkejutnya mereka melihat punggungnya yang dipenuhi lubang-lubang berwarna hitam sebesar bola kasti. Umar menanyakan apa yang telah terjadi. Maka Khabab berkata: ”Aku dulu disiksa dengan cara disuruh berbaring terlentang di atas tumpukan batu yang telah dibakar sehingga aku bisa mencium bau dagingku terbakar seperti bau sate panggang!”
Saudaraku, sungguh perjuangan menegakkan Tauhid melalui jalan yang telah ditempuh Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam dan para sahabat dewasa ini memerlukan kesabaran. Kesabaran untuk mempertahankan aqidah Rabbani ini. Kesabaran untuk menyaksikan saudara-saudara kita yang masih saja mengalami aneka penganiayaan dari fihak musuh Allah sedangkan kita tidak berdaya menolong mereka selain melalui doa. Dan yang sangat penting adalah kesabaran untuk bertawakkal kepada Allah dalam hal penentuan jadwal kemenangan. Jangan sekali-kali karena tidak sabar hidup dalam kondisi kekalahan, kemudian kita melakukan tindakan konyol yang kontraproduktif bagi kemuliaan Islam dan muslimin. Umumnya ketergelinciran dari jalan lurus hanya terjadi karena dua kemungkinan, yaitu ancaman atau rayuan fihak musuh Allah. Zaman sekarang biasa disebut dengan stick and carrot approach. Yang paling mengerikan adalah ketika ada sejumlah aktifis da’wah masuk dalam perangkap stick and carrot approach tadi malah mengira sudah semakin dekat kepada kemenangan yang mereka tentukan sendiri jadwal dan bentuknya. Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun.-
أَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُمْ مَثَلُ الَّذِينَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْ
مَسَّتْهُمُ الْبَأْسَاءُ وَالضَّرَّاءُ وَزُلْزِلُوا حَتَّى يَقُولَ الرَّسُولُ
وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ مَتَى نَصْرُ اللَّهِ أَلا إِنَّ نَصْرَ اللَّهِ قَرِيبٌ
‘Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.” (QS Al-Baqarah ayat 214)
Saudaraku, pertolongan Allah menjadi dekat bilamana sense of crisis telah berada dalam frekuensi yang sama antara pemimpin perjuangan dan para pengikutnya. Bila sudah satu frekuensi dan terfokus kepada hanya dan hanya mengharapkan pertolongan Allah, maka dalam keadaan seperti itu berarti pertolongan Allah sudah sangat dekat. Demikianlah yang ditunjukkan oleh para pendahulu kita. Derita ummat menjadi derita Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam, sukacita ummat seringkali hanya menjadi sukacita ummat sedangkan Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam tetap zuhud dan sederhana dalam kenikmatan mendekatkan diri kepada Allah dan menyantuni kaum dhuafa. Adakah kondisi ummat dewasa ini khususnya mereka yang mengaku aktifis da’wah sudah seperti para pendahulu kita? Wallahu a’lam.-

Mengapa Kita Memilih Islam

Oleh Rahmat Hidayat Lubis, Mahasiswa Faculty of Islamic Call Tripoli Libya

Keterbatasan Akal dan Kebutuhan Fitrah

Berbagai penemuan Ilmiyah dan berbagai produk teknologi hasil karya manusia selalu mengalami kelemahan dengan berjalannya waktu, teknologi canggih abad 18, akan menjadi teknologi tertinggal di abad 20. Demikian halnya teknologi saat ini, ia akan menjadi karya yang basi pada beberapa abad ke depan. Begitulah kiranya character otak manusia, ia terbatas dengan iringan waktu dan sangat berpotensi untuk memiliki kekurangan.
Akal adalah out put kerja otak. Dan otak manusia adalah salah satu organ yang serupa dengan organ lainnya. Ia memiliki keterbatasan jangkauan layaknya telinga yang tidak sanggup mendengar gelombang suara berfrekuensi rendah dan mata yang tidak sanggup menembus sitar benda yang menghalanginya. Keterbatasan radius yang dapat di jangkau akal, menyebabkan akal tidak sanggup menembus zat Tuhan, karena zat Tuhan berbeda dengan zat manusia.
Secara otomatis, manusia akan sulit memahami zat Tuhan jika hanya dengan kekuatan akal. Pemaksaan terhadap akal untuk memikirkan zat Tuhan hanya memplagiat pemikiran filsafat teologi Yunani yang tidak berakhir pada kesimpulan. Dengan berbagai eksperiment ilmiyah, Akal hanya mampu berkesimpulan bahwa dunia dan seisinya tidak mungkin timbul secara sendirinya, Ia pasti memiliki Pencipta. Kemudian akal mencoba mencari siapa Sang Pencipta tersebut.
Pada proses pencarian, akal-akal manusia hanya menunjukkan variabel ketidakpastian, variabel ini akhirnya tanpa sadar menundukkan akal itu sendiri. Ketika akal tunduk, hati (bac. keyakinan) mulai berperan dan seketika itulah muncul agama-agama yang berbeda Tuhan. Ada Tuhan roh, Tuhan patung, Tuhan matahari, Tuhan Api dan lain sebagainya. Secara logika, akal sangat sulit menerima bahwa roh, matahari, patung dan Api adalah Tuhan yang sebenarnya. Namun kesulitan akal untuk menerimanya diobati dengan kebutuhan fitrah. Fenomena ini mununjukkan bahwa terdapat Fitrah dalam hati manusia, yaitu fitrah pengakuan terhadap wujud Tuhan.
Mengenal Tuhan Melalui Rasul
Akal telah gagal mencari siapa Tuhan sebenarnya, namun kegagalan akal tidak dapat menghentikan kebutuhan Fitrah untuk mencari-Nya. Dan Tuhan tentunya lebih mengetahui kondisi ciptan-Nya, ia memberikan akal yang tidak sangup memikirkan zat-Nya dan juga memberikan fitrah yang selalu mencari zat-Nya. Merespon kelemahan akal dan kebutuhan fitrah, Tuhan tidak meninggalkan manusia tersesat begitu saja. Dengan kasih sayang-Nya Ia mengutus delegasi untuk memperkenalkan Zat-Nya.Delegasi inilah yang kita kenal dengan sebutan Rasul dan Nabi.
Para delegasi pun tidak di utus tanpa bekal, mereka dibekali suatu hal –kemampuan- yang manusia biasa tidak bisa melakukannya, yaitu mukjizat. Kisah sayembara para penyihir Fir’aun dengan Nabi Musa ‘alaihissalam adalah contoh sederhana dari mukjizat ini. Ketika Fir’aun memerintahkan para penyihirnya untuk menampilkan atraksi, mereka segera melemparkan tongkat dan seketika itu tongkat berubah menjadi ula-ular yang sama besar denga tongkat tersebut.
Kemudian saat tiba giliran Musa melemparkan tongkatnya, tongkat berubah menjadi ular besar yang memakan semua ular-ular kecil milik penyirhir Fir’aun. Keajaiban itu, membuat para penyihir Fir’aun –yang ahli persihiran- mengakaui bahwa atraksi Musa adalah di luar kemampuan manusia biasa. Sketika itu juga, mereka tersungkur dengan bersujud seraya berkata: "Kami telah percaya kepada Tuhan Harun dan Musa. (Lih. Thaahaa: 65-71). Subhanallah..!!! demikianlah cermin reaksi Fitrah ketika menemukan Tuhan yang sebenarnya. Fitrah ini membuat manusia tersungkur dan bersujud.
Ketika Allah mengutus Rasul, keterbatasan akal terjawab dan kebutuhan Fitrah mansuia terpenuhi. Manusia mulai mengenal jalan kebenaran dan beribadah dengan tuntunan yang benar. Tata cara dan bacaan Ibadah langsung diajarkan Oleh Tuhan melalui delegasi-Nya. Praktek persembahan sesajen kepada roh, menaruh darah di tempat khusus, menyembah patung dan sujud kepada matahari serta api yang kesemuanya adalah bentuk ibadah produk manusia, telah digantikan dengan tata cara ibadah produk Ilahi. Yaitu, dengan cara yang suci, bacaan yang suci dan keadaan jasmani yang suci.
Mengenal Tuhan melalui Wahyu Ilahi
Para delegasi, selain dibekali mukjizat juga dibekali kitab suci yang menyimpan hakikat zat Tuhan. Kitab itu juga berisi tentang tata cara berinteraksi manusia dengan Tuhannya dan manusia dengan manusia bahkan manusia dengan alam sekitarnya. Ibrahim dibekali dengan shuhuf, Daud dengan Zabur, Musa dengan Taurat, Isa dengan Injil. Kitab-kitab inilah sesungguhnya yang berperan sebagai pembimbing fitrah dan akal dalam mencari Tuhan-Nya pasca sepeningglan para Rasul. Karena Rasul juga adalah manusia biasa, ia pasti akan mengalami kematian, namun kitab akan tetap “awet” seiring perkembangan zaman.
Sepeninggalan Musa hanya Tauratlah yang mampu menjawab keterbatasan akal dan mememuni kebutuhan fitrah dalam menemukan Tuhan yang sebenarnya. Namun kitab tersebut mengalami distorsi oleh tangan-tangan generasi setelah nabi Musa ‘alaihissalam. Sehingga manusia kembali tersesat, Di saat tersesat Allah kembali menurunkan para Nabi; iLyas, Ilyasa, Zulkifli, Daud, Sulaiman, Yunus, Zakariya, Yahya dan sampai akhirnya tiba masa Nabi Isa ‘alaihissalam. Pasca sepeninggalan Nabi Isa, Injil mengalami hal yang sama dengan Taurat. Penyimpangan yang dilakukan pengikut Musa dan Isa terhadap Injil dan Taurat, menghilangkan peran kitab-kitab tersebut sebagai petunjuk kebenaran. Hasilnya, manusia kembali tersesat
Eksperimen ilahi telah membuktikan. Pasca menigggalnya Nabi Isa ‘alaihissalam, selama 600 tahun Allah tidak mengutus Rasul untuk menunjukkan jalan kebenaran sementara kitab suci telah mengalami distorsi. Namun fakta mengabarkan, manusia gagal. Pada masa 6 abad ini, banyak manusia yang kembali menyembah patung-patung dan berhala. Kaum Masehi juga mengalami problema teologi pada akhir abad ketiga setelah kematian Isa.
Mengatasi Problema ini, terpaksa mereka selesaikan dengan cara melakukan Konfrensi Nicea pada 325 M. pada titik ini, suatu kesalahan besar dilakukan pengikut masehi, yaitu mengenyampingkan kitab suci dalam memahami Teologi. Sehingga timbul Konsep Trinitas yang selanjutnya dicantumkan ke dalam kitab suci mereka versi distorsi. Aliran Masehi yang masih berpegang keyakinan monoteisme seperti, Arius, Abiun dan Syimsyati, kian runtuh pasca penetapan konsep Trinitas di kalangan pemeluk Masehi.
Peralihan Konsep Tuhan yang dialami penganut Masehi dari monoteis menuju Trinitas adalah dampak dari kesalahan berpijak. Ketika akal dijadikan dasar berpijak dalam memahami teologi, kemudian kitab suci dijadikan notebook untuk mencatat buah pemikiran teologi yang dihasilkan, maka akan terjadi kesenjangan pada konsep teologi yang dihasilkan. Karena lagi-lagi akal tidak akan pernah mampu merumuskan konsep Teologi. Sebaliknya, ketika Kitab suci dijadikan dasar berpijak, maka manusia tidak akan pernah mengalami problema teologi.

POSTING PERTAMAKU

Syukron ya ALLAH............akhirnya aku bisa juga buat blog ini.ya walaupun ini bukan blog pertamaku.karena blog ku yang pertama lupa nama nya.

Kepada Mr.Suyadi maaf ya saya sudah sombong karena tidak membawa buku.Tapi saya sangat berterima kasih.Mudah-mudahan saya tidak lupa dengan pelajaran ini.